Bimbingan Teknis Program PTM dan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Wajak

Mengacu surat dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang No. 440/276/35.07.103/2021 tertanggal 21 Januari 2021, jadwal Bimbingan Teknis (Bimtek) Program PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) pada hari ketujuh adalah Puskesmas Kasembon. Namun kemudiian direvisi untuk mendahulukan puskesmas yang akan melakukan replikasi SMARThealth di tahun 2021 ini. Akhirnya jadwal Puskesmas Kasembon ditukar dengan Puskesmas Wajak, yang sebelum direvisi jatuh pada hari ke-36.

Bimtek hari ketujuh ini dilaksanakan di Ruang Pertemuan Puskesmas Wajak yang beralamatkan di Jalan Panglima Sudirman No. 161 RT 03 RW 05 Desa Wajak, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Kamis (04/02/2021).

Bimtek ini menghadirkan PP PTM, PP Keswa, PP Lansia, PP UKS dan 13 perawat desa yang ada di lingkungan kerja Puskesmas Wajak, yang meliputi Wajak, Ngembal, Sukolilo, Sukoanyar, Kidangbang, Blayu, Patok Picis, Bambang, Bringin, Sumber Putih, Dadapan, Wonoayu, dan Codo.


Peserta Bimtek di Puskesmas Wajak

Mengawali pertemuan bimtek yang dimulai pukul 09.40 WIB ini diisi dengan sambutan-sambutan. Sambutan pertama disampaikan oleh Kepala Puskesmas drg. Hennie Norhayati. Dalam sambutannya, Kapus mengucapakan selamat datang kepada rombongan Dinkes, dan mewanti-wanti perawat desa untuk mempersiapkan diri dalam bimtek ini agar semua program bisa berjalan dengan baik.

Sambutan yang kedua oleh Kepala Seksi (Kasi) PTM dan Keswa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM. Paulus pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada Kapus Wajak yang telah berkenan memfasilitasi pertemuan bimtek ini.

“Bimtek tahun ini bersifat terpadu antara PTM dan Keswa. Di dalamnya ada koordinasi, evaluasi, dan sosialisasi”, jelas Paulus Gatot Kusharyanto.

Tujuan umumnya adalah dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (tenaga kesehatan) pada pelayanan program PTM dan Keswa di Kabupaten Malang. Sedangkan tujuan khusunya adalah untuk mengetahui apakah program PTM dan Keswa sudah berjalan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM).


Sambutan dari Kepala Puskesmas Wajak dan Kasi PTM dan Keswa

Selain itu, Paulus juga membahas persiapan replikasi SMARThealth di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Wajak. Pada tahun 2020 Dinkes sudah melatih perawat dan kader di dua desa, yaitu Dadapan dan Sukolilo. Diharapkan tahun 2021 ini Puskesmas Wajak bisa memberikan pelatihan terkait SMARThealth di 11 desa lainnya yang ada di lingkungan Puskesmas Wajak.

Setelah sambutan, acara pertemuan dilanjutkan dengan pemaparan materi oleh Nur Ani Sahara, S.Kep.Ns, selaku Koordinator Progam PTM, dengan mengambil judul “Bentuk Layanan Standar Pelayanan Minimal (Berdasarkan PMK No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar SPM)”.

Nur Ani Sahara memulai paparannya dengan menjelaskan sasaran dan target capaian dalam SPM yang diberlakukan secara nasional. Perlahan tapi jelas, Nur Ani Sahara menerangkan target capaian SPM. Pengalamannya sebagai staf PTM memang tak diragukan lagi. Ia mampu mengilustrasikan agar apa yang disampaikan bisa dengan mudah dimengerti dan dipahami oleh perawat desa yang hadir dalam bimtek ini.

Setelah mengerti dengan target sasaran dan capaiannya, peserta pertemuan ditanya perihal jumlah penduduk yang ada di desa di mana perawat tersebut bertugas. Mengetahui jumlah penduduk itu sangatlah penting, karena melalui itu perawat desa akan mampu menghitung jumlah capaian SPM yang ada di desanya.


Materi SPM PTM

Kemudian para perawat desa diajak mempraktekkan menghitung target capaian SPM di tahun 2021 ini. Dengan menghitung sendiri target sasaran dan capaiannya, perawat desa akan bisa merencanakan agenda kerjanya untuk memenuhi capaian SPM tersebut.

Menurut Nur Ani Sahara, pengalaman tahun lalu banyak capaian SPM yang tidak terpenuhi. Diakui oleh Nur Ani Sahara, memang masa pandemi ini menjadi kendala. Namun disinyalir juga belum adanya pelaksanaan program yang terpadu. Jika berjalan sendiri-sendiri akan terasa kesulitan dalam pemenuhan capaian SPM. Oleh karena itu harus sinergi (terpadu).

Contohnya target skrining untuk usia produktif misalnya sebanyak 54 ribu orang. Kegiatannya mengandalkan pertemuan Posbindu setiap bulannya yang rata-rata dihadiri oleh 40 orang saja. Ini kalau dikalikan 12 setahunnya hanya bisa diskrining 480 orang.

Oleh karena itu, perawat desa perlu mencari terobosan-terobosan guna memenuhi capaian SPM tersebut. Misalnya pada saat konseling dari pintu ke pintu (kopipu), perawat bisa sekalian melakukan skrining, atau pada saat periksa ke Ponkesdes maupun Puskesmas, pasien juga bisa diskrining dengan memanfaatkan waktu tunggu pasien.


Praktek ePuskesmas

Nanti pada saat pelaksanaan replikasi SMARThealth, momen ini juga bisa membantu menaikkan capaian SPM. Posbindu SMARThealth tidak harus pas kegiatan di Balai Desa, akan tetapi bisa juga kunjungan ke rumah. Karena setiap kader nantinya akan diberi 1 tas berisi SMARThealth Kit. Inovasi SMARThealth memungkinan kader terlatih untuk mendatangi warga.

Kedepannya Posbindu juga akan seperti Posyandu dalam pelaksanaan programnya. Setiap RW memiliki 1 Posbindu, sehingga kesempatan untuk meningkatkan capaian SPM semakin bertambah.

Tak hanya berlaku pada skrining usia produktif saja, skrining Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) juga bisa menjalin komunikasi dengan bagian Kesehata Produksi (Kespro).

SPM itu terkait kemampuan wilayah yang tulang punggungnya adalah perawat desa. Untuk merencanakan agenda kerjanya di tahun 2021 ini, perawat desa harus mengetahui penyebabnya terlebih dahulu yang berdasrkan tahun lalu dikarenakan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) kurang, pandemi COVID-19, dan jumlah sasaran yang datang, orangnya itu-itu saja. Setelah mengetahui penyebabnya, diharapkan perawat desa sudah harus memulai mempersiapkan terobosan untuk memenuhi sasaran SPM.


Materi Keswa

Kemudian setelah itu, Nur Ani Sahara mengajak peserta pertemuan bimtek untuk mempraktekkan ePuskesmas. Dengan dibantu oleh Candra Hernawan, S.Kom, staf PTM yang membidangi IT, praktek ePuskesmas langsung bersifat demo. Semua peserta pertemuan juga diharapkan membuka laptop atau tablet yang dibawanya.

Mereka diajari mempraktekkan ePuskesmas Skrining PTM Dalam Gedung dan Luar Gedung. Dari data pasien bila ditambah skrining sudah akan menjadi 1 SPM bila diinput di ePuskesmas Skrining PTM Dalam Gedung. Sementara itu, pada Skrining PTM Luar Gedung, jika muncul belum diskrining, berarti harus diskrining dengan buat baru.

Peserta pertemuan juga harus tahu bahwa orang-orang yang datang periksa ke Puskesmas terus ditambah skrining pada hari itu juga maka pengukuran tensi bisa dimasukkan. Namun, apabila input skrining mengalami beda hari maka pasien harus diukur kembali tensinya.

Pukul 11.37 WIB acara bimtek dilanjutkan dengan pemaparan materi Keswa dari Gatot Sujono, S.St. M.Pd, penanggung jawab Keswa di Seksi PTM dan Keswa. Dalam paparannya, Gatot Sujono menerangkan bahwa ODGJ itu tidak lepas dari SPM dan PKP sehingga perawat desa diharapkan mampu menghitung target sasaran Keswa yang ada di desanya berdasarkan materi yang diajarkan.


Materi Indera

Menurut Gatot Sujono, capaian SPM di Puskesmas Wajak ini dikatakan bagus. Di Wajak tidak ditemukan ada nama yang dobel, tapi untuk status obat masih dijumpai ada yang kosong. Selain itu, masih ada misinterpretasi dalam pelaksanaan Keswa dalam memenuhi target sasaran dan capaiannya.

Yang dianggap Keswa, bukan hanya kunjungan ODGJ ke Puskesmas saja. Tapi harus ada kunjungan perawat dan kader ke rumah ODGJ. Oleh sebab itu, idealnya di setiap desa harus ada Posbindu Jiwa. Kalau belum ada, perlu disiapkan kader untuk Keswa di setiap Posbindu.

Gatot Sujono juga mengingatkan kepada peserta pertemuan bimtek ini, bahwa yang mengisi kohort adalah perawat desa. Hal ini karena yang tahu permasalahan Keswa di desa adalah perawat yang bertugas di desa itu. Maka dari itu, diharapkan PP Keswa harus mulai mengajari perawat desa.

Selain itu, Gatot Sujono juga mengakui peliknya pengurusan rujukan ODGJ yang kurang mampu atau tanpa identitas. ODGJ yang terus kontrol kalau tidak ada KIS atau asuransi, akan mengalami kerepotan. Saran Gatot, dalam hal ini perawat desa perlu berkomunikasi dengan Kepala Desa mengenai permasalahan ODGJ tersebut.

Usai materi Keswa, acara dilanjutkan dengan penjelasan Kristina Dewi, A.Md. Keb., perihal capaian skrining indera. Target capaian yang seharusnya 40%, pada tahun 2020 terpenuhi 23%.

Diakui oleh Kristina bahwa skrining indera sebenarnya hanya sedikit, yaitu katarak, refraksi mata dan selumen. Hanya saja mungkin karena cuma tiga pertanyaan dalam skrining itu acapkali terlupakan.

Kemudahan dalam skrining indera dibandingkan dengan skrining yang lainnya adalah skrining indera bisa dilakukan di tahun yang berbeda. Kalau tahunnya masih sama dinamakan follow up.

Semua program di Dinkes, kecenderungannya sekarang harus dengan skrining. Untuk indera mulai tahun ini yang diminta adalah by name, by address.

Tepat pukul 12.12 WIB acara pertemuan bimtek ini paripurna sudah. Dalam closing statementnya, Paulus mempertegas kembali bahwa dalam upaya memenuhi target sasaran dan capaian SPM memang harus koordinasi lintas program. Tidak bisa berjalan sendiri-sendiri, termasuk juga dukungan dari pihak desa agar programnya menjadi mandiri. *** [040221]


Penulis : Budiarto Eko Kusumo   ǀ   Penyunting Naskah : Budiarto Eko Kusumo


0 Comments: