Kunjungan ke Posyandu Teratai B di Kelurahan Ardirejo
Kunjungan Koordinator Program SMARThealth ke Posyandu Teratai B merupakan kunjungan yang kedua di posyandu yang berada di Kelurahan Ardirejo. Sebagai pemateri pada Training of Trainer (ToT), ia harus memastikan aktivitas fasilitator Lansia yang dilatihnya berjalan sesuai yang diinginkan dalam penelitian Program Studi Doktor Ilmu Kedokteran Minat Kedokteran Sosial yang sedang ditempuh Dr. Sri Sunarti di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB).
Kegiatan Posyandu Teratai B diadakan pada hari Jumat, 13 September 2019 di lokasi posyandu yang berada di Jalan Diponegoro No. 73 RT. 04 RW. 03 Kelurahan Ardirejo, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Foto : Kegiatan Posyandu Teratai B Kel. Ardirejo (13/09) |
Dalam kegiatan tersebut, pemateri ingin melihat tingkat partisipasi lansia yang berkenan melakukan pemeriksaan di acara Posyandu Lansia tersebut. Terlihat cukup ramai ketimbang ketika kegiatan di Posyandu Teratai A dua hari yang lalu.
Menurut perawat Farida, A.Md.Kep, banyaknya mereka yang datang di Posyandu Teratai B ini bukan lantaran kegiatannya dibarengkan antara Posyandu Balita dan Lansia melainkan memang kesadaran para lansia di lingkungan Posyandu Teratai B ini lebih baik dibandingkan dengan yang ada di Posyandu Teratai A.
Foto : Pengukuran Ketebalan Lemak Tubuh |
Fasilitator Lansia yang bergabung dalam kegiatan ini, membantu melakukan pemeriksaan kepada para lansia yang datang dalam kegiatan tersebut. Tak hanya melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan saja, namun kali ini fasilitator juga mengukur tinggi lutut, kekuatan genggaman, dan prosentase lemak tubuh.
Dalam mengukur tinggi lutut, fasilitator Lansia menggunakan alat yang dikenal dengan Knee Height Caliper. Teknik pengukuran tinggi lutut sangat erat hubungannya dengan tinggi badan sehingga sering digunakan untuk mengestimasi tinggi badan dengan gangguan lekukan spinal atau tidak dapat berdiri dengan baik. Tinggi lutut diukur dengan caliper terbuat dari stainless berisi mistar pengukuran dengan mata pisau menempel pada sudut 90°.
Foto : Pengukuran Kekuatan Genggaman |
Kemudian ketika mengukur kekuatan genggaman, fasilitator dibekali dengan sebuah alat yang bernama Hand Grib Analog. Benda ini merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui kekuatan otot lengan di mana tampilan hasil pada layar (display) dalam garis-garis berbentuk angka.
Terdapat hasil penelitian kekuatan genggaman tanggan yang diikuti 139.691 orang dewasa dengan rentang usia 35-70 tahun dan berasal dari 17 negara menunjukkan setiap penurunan 5 kilogram dalam tes hand grip dikaitkan dengan peningkatan 16% risiko kematian dari berbagai sebab. Setiap penurunan juga dihubungkan dengan peningkatan 17% risiko kematian karena kesehatan jantung. Meningkatnya risiko terkena stroke sebesar 9% dan risiko serangan jantung 7% lebih tinggi (Henny & Sutalaksana, 2011).
Sedangkan, alat yang digunakan untuk mengukur prosentase lemak tubuh adalah Skinfold Caliper. Pengukuran ketebalan lipatan kulit trisep/skinfold bertujuan untuk memperkirakan jumlah lemak tubuh karena sekitar 50% dari lemak tubuh biasanya terletak di daerah subkutan (Heimburger, 2006).
Konon, lemak tubuh yang berlebih dapat meningkatkan risiko kesehatan seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung koroner, stroke, gangguan kantung empedu, dan lain-lain. Sedangkan jumlah lemak tubuh yang sedikit dapat memicu terjadinya disfungsi fisiologis yang serius.
Selain melakukan monitoring terhadap fasilitator Lansia, pelatih juga melakukan silaturahmi kepada pengurus Posyandu Teratai B dan sekaligus menjelaskan pentingnya penelitian mengenai Hubungan Sindroma Kerapuhan Dengan Kualitas Hidup Pada Lansia dan Perbaikannya Setelah Kombinasi Intervensi Aktivitas Fisik, Dient Tinggi Protein, Suplementasi Vitamin D dan Terapi Pskio-religi ini. *** [130919]
0 Comments: