Launching SMARThealth Extend Indonesia
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas prematur di banyak negara berpenghasilan rendah (low income) dan menengah (middle income), seperti Indonesia dan India. Diperkirakan 20% orang dewasa di Indonesia yang berumur antara 41-50 tahun, dan sekitar 70% dari mereka yang berusia 51-60 tahun berisiko tinggi terkena Cardiovascular disease (CVD). Selain itu, dua pertiga dari mereka yang berisiko tidak menerima perawatan yang tepat. Situasi serupa juga terjadi di India, di mana data terbaru dari pedesaan Andhra Pradesh menunjukkan bahwa hampir 17% orang dewasa di sana memiliki risiko tinggi terkena CVD, dan sebagian besar dari mereka ini tidak menerima terapi obat pencegahan apa pun.
Launching SMARThealth |
Dari kondisi inilah akhirnya timbul inisiatif untuk mengatasi meningkatnya risiko kardiovaskular di antara penduduk di Indonesia dengan program SMARThealth Extend. Program SMARThealth Extend Indonesia diluncurkan di Pendopo Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur pada hari Rabu, 9 November 2016 oleh Hj. Jajuk Sulistyawati Rendra Kresna, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Malang, dihadapan 300 tamu undangan, termasuk 42 kader kesehatan, 33 perawat dari 33 kecamatan, 33 Kepala Puskesmas, dan 4 kepala desa di mana intervensi program SMARThealth akan diimplementasikan.
Selain itu, hadir pula Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang beserta jajarannya, Kepala Dinas dan staf perencanaan pembangunan kabupaten, DPRD, Kapolres, dan Kepala Kodim Kabupaten Malang.
Kader Sidorahayu |
Sebelum peluncuran, Tim SMARThealth bertemu dengan Hj. Jajuk Sulistyawati Rendra Kresna di pringgitan Pendopo Kabupaten. Sebagai koordinator semua kader di Kabupaten Malang, beliau menjanjikan semua dukungan untuk program SMARThealth.
“Ini adalah program yang sangat penting karena CVD merupakan salah satu penyebab utama kematian di Malang, “ jelas beliau saat menerima Tim SMARThealth.
“Kami berjanji membantu Tim SMARThealth untuk menjadikan program SMARThealth ini kelak bisa sukses,” timpal beliau.
Launching program SMARThealth ini dimulai dengan pemutaran video promosi SMARThealth tentang bahaya serangan jantung, perlunya nutrisi bagi tubuh, dan pentingnya aktivitas fisik. Semua peserta yang hadir tampak antusias menyaksikannya.
Kader Karangduren |
Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang dr. Abdurrahman, M.Kes, mengatakan berterima kasih atas terpilihnya Kabupaten Malang untuk pelaksanaan program SMARThealth Extend dan dia berjanji untuk membantu menjadikan program ini sukses. Dia menunjukkan bahwa SMARThealth merupakan program penting untuk mengatasi meningkatnya risiko penyakit kardiovaskular (Cardiovascular Disease/CVD) di Malang.
“Jika program SMARThealth bisa berjalan secara efektif, hal ini akan membantu tidak hanya masyarakat akan tetapi juga pemerintah, karena saat ini Indonesia menerapkan perawatan kesehatan secara universal,” katanya.
Dia menyoroti, bahwa salah satu faktor kunci dalam implementasi SMARThealth yang efektif adalah peran kader. Kader yang akan menghubungkan individu dalam masyarakat dengan perawat di Ponkesdes dan dokter di Puskesmas. Dengan melakukan hal itu, Dinkes Kabupaten Malang akan bekerja bersama dengan Tim SMARThealth untuk menjadikan program ini sukses.
Kader Kepanjen |
Dr. Mohan P S Kohli, Program Manager dalam studi SMARThealth Extend yang berasal dari the George Institute for Global Health, menunjukkan bahwa SMARThealth merupakan inisiatif hebat yang memanfaatkan teknologi dalam implementasi program melalui partisipasi masyarakat. Dia menjelaskan bahwa teknologi SMARThealth hanya berguna seperti orang yang menggunakannya. Oleh karena itu, petugas kesehatan juga menjadi tulang punggung dalam program ini, terutama bertanggung jawab atas keberhasilannya.
Gindo Tampubolon, B.Eng, MM, M.Sc, Ph.D dari Universitas Manchester, yang merupakan anggota Steering Committee SMARThealth Extend, mengatakan bahwa risiko tinggi CVD di Indonesia menambah beban tidak hanya pada keluarga tetapi juga masyarakat dan pemerintah. Karena itu, kontrol CVD penting bagi Indonesia untuk menerapkan perawatan kesehatan universal.
Kader Sepanjang |
Ir. Bakhruddin, mewakili Gubernur Jawa Timur yang berhalangan hadir, menjelaskan bahwa Indonesia sekarang ini sedang mengalami transisi epidemiologi di mana penyakti tidak menular seperti CVD menjadi beban utama bagi masyarakat. Penelitian saat ini menunjukkan bahwa 32% orang Indonesia mempunyai risiko CVD, dan risiko ini terus meningkat seiring bertambahnya umur. Dia menjelaskan, tiga masalah utama dalam manajemen CVD di Indonesia adalah kekurangan dokter di Puskesmas, kurangnya kesadaran tentang CVD, dan tantangan geografis. Oleh karena itu, cara terbaik adalah identifikasi dini dan pencegahan risiko yang serupa dengan apa yang dilakukan SMARThealth saat ini.
Dalam pidatonya, Devarsetty Praveen, MBBS, MD, Ph.D, Program Head Primary Health Care dari the George Institute for Global Helath India, menjelaskan secara rinci tentang program SMARThealth. Dia menyampaikan bahwa SMARThealth Extend merupakan hasil dari kemitraan antara organisasi dari banyak negara. Program itu menggunakan pembagian tugas antara dokter dan tenaga kesehatan non-dokter dan penggunaan teknologi untuk memungkinkan pembagian tugas.
Dia mengucapkan terima kasih kepada semua kolaborator, kontributor, pemangku kepentingan global dan di Indonesia, serta menekankan bahwa kita semua akan perlu bekerja sama untuk membuat program SMARThealth ini menjadi sukses besar. *** [091116]
Klik di sini untuk mendownload foto Launching SMARThealth Extend Indonesia
Klik di sini untuk mendownload foto Launching SMARThealth Extend Indonesia
0 Comments: