Follow Up Pasien High Risk

Seperti SMARThealth Baseline/Endline, pada SIMPLI (System-level interventions to improve the availability, accessibility and quality use of essential medicines for cardiovascular disease prevention in Indonesia), atau yang dikenal dengan SMARThealth yang berkelanjutan ini juga dilakukan follow up oleh kader SMARThealth, yang berlangsung dari Maret sampai dengan Juli 2019.
Follow up adalah tindakan lanjutan. Follow up pasien high risk adalah suatu tindakan untuk memantau atau mengetahui keadaan/perkembangan pasien yang terindikasi risiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskular (cardiovascular disease/CDV), atau penyakit jantung. Jadi, follow up pasien di sini bertujuan untuk melakukan evaluasi dan monitoring keadaan pasien high risk.
Dalam SIMPLI ini, frekuensi kunjungan kader SMARThealth ke pasien dilaksanakan dua kali dalam sebulan, yaitu setiap dua minggu sekali. Frekuensi kunjungan kader merupakan jumlah perjalanan yang dilakukan oleh seorang kader ke rumah pasien high risk dengan tujuan untuk memantau keadaan pasien tersebut.

Foto: Kader Kepanjen mengunjungi pasien high risk

Ada dua macam kunjungan yang dilakukan oleh kader. Kunjungan pertama adalah kunjungan kader untuk memantau Kalender Pemantauan Minum Obat (KPMO) selama dua minggu sekali. Sedangkan kunjungan yang kedua adalah kunjungan kader terhadap pasien untuk melakukan pengukuran tensi, gula darah maupun kolesterol dan menginputnya ke dalam tablet yang berisi aplikasi SMARThealth.
Follow up ini bisa dilakukan dengan mengunjungi pasien dari rumah ke rumah, atau ketika ada kegiatan Posbindu maupun Posyandu Lansia. Hal ini situasional saja. Artinya di mana pasien high risk itu berkenan untuk di follow up oleh kader.
Follow up pasien dilakukan di Kelurahan Kepanjen (Kecamatan Kepanjen) dan Desa Sepanjang (Kecamatan Gondanglegi). Keduanya dipilih untuk implementasi SIMPLI, karena kedua wilayah tersebut memiliki jumlah sasaran pasien high risk yang banyak dibandingkan dengan dua desa intervensi SMARThealth lainnya, yaitu Desa Sidorahayu (Kecamatan Wagir) dan Desa Karangduren (Kecamatan Pakisaji).

Foto: Kader Spanjang mengunjungi pasien high risk

Jumlah kader SMARThealth yang melakukan follow up antara Kelurahan Kepanjen dan Desa Sepanjang berbeda. Di Kepanjen terdapat 18 kader, dan di Desa Sepanjang ada 20 kader. Masing-masing kader sebenarnya memilki target sasaran dalam jumlah yang sama, akan tetapi dalam kenyataan di lapangan, masing-masing kader memiliki perolehan hasil follow up yang berlainan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal  adalah faktor yang asalnya dari dalam diri seseorang atau individu itu sendiri.  Faktor ini biasanya berupa sikap juga sifat yang melekat pada diri seseorang. Misalnya kader yang mempunyai motivasi kuat, ia tak akan mudah menyerah dan cenderung pro aktif dalam melakukan follow up. Sedangkan, kader yang lemah motivasinya cenderung mudah menyerah. Hasilnya tidak bisa optimal.
Adapun faktor eksternal, adalah faktor yang asalnya dari luar diri seseorang atau individu, seperti lingkungan maupun keberadaan pasien. Misalnya di kala musim hajatan (biodo) perolehan kader dalam melaksanakan follow up biasanya cenderung tidak optimal. Begitu pula bila menyangkut dengan keberadaan pasien yang mobilitasnya tinggi juga acapkali sulit ditemui. Dan yang tak kalah menariknya dalam SIMPLI ini adalah pada pengadaan peralatan habis pakainya. Umumnya kader akan pasif manakala tidak ada ‘pasokan’ peralatan habis pakai. Hanya kader yang mempunyai komunikasi baik dengan komunitas yang biasanya bisa mengatasi masalah ini. *** [200719]



0 Comments: