Menyiapkan Logistik untuk Rapid Health Service Assessment

Rapid Health Service Assessment (RHSA) membutuhkan persiapan dan kesiapan karena RHSA melibatkan sumberdaya manusia yang banyak baik non kesehatan maupun yang kesehatan. Pada program SMARThealth diperlukan peran kader, perawat/bidan di desa, dan puskesmas setempat.
Dalam sistem kesehatan di Indonesia, perawatan kesehatan primer disediakan di berbagai tingkatan. Tingkat pertama adalah Pondok Kesehatan Desa (Ponkesdes) yang terletak di desa-desa dan dikelola oleh petugas kesehatan, yaitu perawat dan bidan desa. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) merupakan tingkatan dalam wilayah kecamatan. Di Puskesmas minimal ada seorang dokter umum dan beberapa petugas kesehatan lainnya. Mereka bertanggung jawab untuk memberikan layanan medis kepada pasien dan bertanggung jawab terhadap kesehatan masyarakat di wilayahnya.


laptop & recorder

Di Jawa Timur, pada tingkatan pertama di sedikit berbeda dengan daerah lain yang ada di Indonesia. Di daerah lain umumnya masih berupa Pondok Bersalin Desa (Polindes) yang dikelola oleh bidan desa, sedangkan di Jawa Timur sudah ditingkatkan menjadi Ponkesdes, dengan ditambah perawat.
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum di Indonesia. Puskesmas merupakan upaya pemerintah dalam menjangkau seluas-luasnya masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Kenyataan Puskesmas di Indonesia masih belum mampu untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Jumlah penduduk dan atau wilayah yang dijangkau masih digunakan sebagai indikator identifikasi kebutuhan sentra pelayanan kesehatan di Indonesia.


Kamera Nikon Coolpix L120

Sama-sama dengan India yang juga sedang melaksanakan program SMARThealth, pelayanan kesehatan di Indonesia sedikit berbeda dengan di Indonesia, terutama di Jawa Timur. Kekhasannya di Jawa Timur yaitu adanya Ponkesdes.
RHSA ini sangat diperlukan dalam pelaksanaan penelitian SMARThealth Extend Indonesia, di mana nantinya akan melibatkan kader, perawat, bidan desa, dan Puskesmas. RHSA ini sangat dibutuhkan untuk mengumpulkan data, memberikan informasi yang obyektif tentang layanan kesehatan bagi masyarakat umum di wilayah itu, sehingga nantinya akan berguna bagi pelaksanaan skrining dan follow up terhadap pasien yang berisiko terkena penyakit karidiovaskular.
Pelaksanaan RHSA ini dilakukan oleh peneliti utama SMARThealth sebelum program SMARThealth ini akan diimplementasikan. Mereka melakukan wawancara dengan informan (Dinkes Kab. Malang, Puskesmas, dan Ponkesdes), FGD dengan Kader Kesehatan maupun tenaga kesehatan yang ada di desa setempat, dan melakukan obervasi layanan kesehatan di Puskesmas maupun Ponkesdes yang bakal menjadi daerah intervensi dari program SMARThealth ini.
Peralatan yang diperlukan untuk RHSA ini tidak terlalu rumit, yaitu meyiapkan interview guide, buku untuk notulis, alat perekam (recorder), foto, dan notebook. Notulis dilakukan oleh Program Coordinator yang mendampingi mereka dalam turun ke lapangan sebelum program SMARThealth ini benar-benar berjalan. *** [160516]

0 Comments: