Musyawarah SMARThealth Yang Berkelanjutan

Menindaklanjuti FGD Penguatan Inovasi Program SMARThealth di Kabupaten Malang di penghujung akhir tahun 2018, Tim SMARThealth memfasilitasi penyelenggaraan beberapa musyawarah SMARThealth yang berkelanjutan (sustainable SMARThealth) di dua desa, yaitu Desa Sepanjang (Kecamatan Gondanglegi) dan Kelurahan Kepanjen (Kecamatan Kepanjen), pada Februari hingga April 2019.
Dua desa tersebut terpilih dalam implementasi program SMARThealth yang berkelanjutan ini dikarenakan kedua wilayah tersebut memiliki sasaran lumayan banyak untuk warga yang berisiko tinggi (high risk) terkena penyakit jantung atau kardiovaskular.

Foto: Musyawarah SIMPLI Sepanjang

Musyawarah SMARThealth yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempersiapkan program SIMPLI (System-level interventions to improve the availability, accessibility and quality use of essential medicines for cardiovascular disease prevention in Indonesia) yang akan dilaksanakan pada April sampai Juli 2019.
Tujuan dari SIMPLI adalah untuk meningkatkan ketersediaan, akses dan kualitas penggunaan obat-obatan penyakit kardiovaskular (cardiovascular disease/CVD) yang esensial.

Foto: Musyawarah SIMPLI Kepanjen

Program SMARThealth yang berkelanjutan ini dilaksanakan berdasarkan intervensi berbasis masyarakat yang sudah ada, dengan platform dan data terkait, dan akan fokus pada pengembangan  dan uji coba intervensi multikomponen untuk mengatasi kendala yang diketahui dalam penyediaan dan pemanfaatan obat-obatan CVD.
Musyawarah SMARThealth yang berkelanjutan ini dihadiri oleh Camat, Kepala Desa/Kelurahan, tokoh masyarakat, Ketua PKK, Puskesmas, Ponkesdes, Kader SMARThealth, Dinas Kesehatan, dan Tim SMARThealth.
Pembicaraan dalam musyawarah ini lebih dititikberatkan pada pelaksanaan intervensi berbasis masyarakat (community-based intervention) di mana semenjak grant penelitian SMARThealth Baseline/Endline selesai, pengadaan peralatan habis pakai praksis sudah tidak ada lagi. Sehingga, pengadaan peralatan habis pakai harus diupayakan secara gotong-royong. Dinkes tidak bisa mengupayakan peralatan habis pakai tersebut lantaran minimnya dana pengadaan alat-alat kesehatan. Namun demikian, Dinkes akan mengupayakan pengadaan obat-obatan CVD untuk pasien high risk di kedua desa tersebut.
Penggalian dana untuk pengadaan peralatan habis pakai seperti strip gula darah dan kolesterol, perlu dipikirkan bersama dalam musyawarah tersebut. Pembangunan kesehatan tidak akan berhasil dengan baik, tanpa peran serta masyarakat di dalam perencanaan. *** [090419]



0 Comments: