FGD dengan Kader Desa Sepanjang

Agenda kedua peneliti utama SMARThealth Extend Indonesia pada 25 Mei 2016 adalah melihat kegiatan rutin Posbindu yang digelar di Ponkesdes Sepanjang dan senam sehat di Pendopo Desa Sepanjang, yang masih satu halaman, serta melakukan Focus Group Discussion (FGD).
Dalam kegiatan ini, kedua peneliti Indonesia mendapat kunjungan dari Devarsetty Praven, MBBS, MD, Ph.D. Praveen adalah Senior Research Fellow the George Institute for Global Health yang menjadi Program Head pada SMARThealth ini. Perlu diketahui bahwa program SMARThealth ini merupakan kolaborasi dari ilmuwan Australia, India, dan Indonesia. Dalam pilot project ini, peneliti dari Universitas Brawijaya akan menyesuaikan dan menerapkan SMARThealth di Kabupaten Malang dengan tenaga kesehatan dan pekerja perawatan kesehatan non-tenaga kesehatan (kader) terlatih.
Dr. Asri Maharani, dr. Praveen, dan Dr. Sujarwoto melihat dari dekat kegiatan Posbindu di Desa Sepanjang. Banyak terlihat warga begitu antusias untuk menunggu giliran pemeriksaan yang dilakukan seorang perawat bernama Ilham Tri Wicaksa dengan dibantu oleh seorang bidan dan beberapa kader yang ada.
Dr. Asri Maharani, dr. Praveen, dan Dr. Sujarwoto dalam kesempatan ini juga sempat bertemu dan bersilaturahmi dengan Kepala Desa Sepanjang dalam pemeriksaan tersebut. Tak hanya menyaksikan pemeriksaan saja, mereka juga meninjau kegiatan senam sehat yang dilakukan oleh warga yang hadir di Posbindu dengan instruktur senam dari calon perawat yang sedang magang di Ponkesdes Sepanjang. Selain instruktur, juga terdapat layar untuk menayangkan visualisasi gerakan senam tersebut.
Tak mau kalah, Dr. Sujarwoto dan dr. Asri Maharani pun bergabung menggerakkan badannya di kerumunan warga yang sedang melakukan senam.
Setelah kegiatan Posbindu selesai, selanjutnya dilakukan FGD terhadap kader-kader Posbindu di Desa Sepanjang dengan mengambil lokasi di ruang tunggu Ponkesdes Sepanjang. Dalam FGD ini dipandu oleh Dr. Sujarwoto dan dr. Asri Maharani secara bergantian atau saling melengkapi.

“Apa yang dilakukan kader pada kegiatan Posbindu ini?” tanya Dr. Sujarwoto

Salah seorang kader yang hadir menjelaskannya, “Membantu Pak Ilham (nama perawat yang memeriksa semua warga yang hadir di Posbindu).”

“Membantu apa?” ingin tahu lebih lanjut dari peneliti.

“Pertama, melakukan pendaftaran warga yang akan memeriksakan diri di Posbindu ini. Setelah itu, membantu mengukur lingkar pinggang, lingkar pinggul dan mengukur tensi”, tukas kader peserta FGD.

Kemudian Dr. Sujarwoto memaparkan peralatan yang akan digunakan untuk SMARThealth melalui FGD Kader di Desa Sepanjang.

Dari paparan tersebut, dimungkinkan kader akan bisa dilatih untuk penggunaan alat-alat tersebut, khususnya cara pengambilan darah untuk tes gula darah dan kolesterol serta penggunaan Tablet (smartphone) untuk menginput hasil pengukuran tersebut.

Lalu, Dr. Sujarwoto melanjutkan dengan pertanyaan lagi.

“Apakah ibu-ibu sebagai kader mendapatkan intensif?”

Pimpinan seorang kader berusaha menjelaskan.

“Dari desa, kami diberi Rp 15.000,-/bulan dan dari Dinas Kesehatan Rp 25.000/bulan. Biasanya diberikan 3 bulan sekali atau lebih. Kalau setahun sekali berjumlah Rp 300.000,-“

“Nanti rencananya tidak semua kader di Desa Sepanjang akan dilibatkan pada kegiatan SMARThealth ini. Nanti akan diperlukan antara 7 sampai 8 kader saja. Menurut ibu-ibu, apakah kader yang lainnya tidak akan iri?” terang Dr. Sujarwoto.

“Sebenarnya kalau tahu akan diberi intensif akan iri, tapi kalau tahu pekerjaannya kemudian mereka akan mengerti. Dulu waktu membuat peta, ya tida ada yang iri. Per rumah/KK Rp 3.000,- Kalau di rumah ada 3 KK ya Rp 9.000,- Kader yang akan mendata di rumah-rumah meminta kartu identitas. Yang turun lapangan harus dibekali kartu tanda pengenal. Sebelum masuk ke wilayah tersebut, kader melakukan sosialisasi terlebih dahulu lewat kumpulan, seperti PKK, pengajian, dan sebagainya. Biasanya kader yang akan melaksanakan sudah ada pembagian wilayahnya dari 58 RT dan 4 RW yang ada di Desa Sepanjang” papar pimpinan kader itu.

“Apakah ibu-ibu pernah mendapatkan pelatihan”, seloroh Dr. Sujarwoto

“Pernah! Pelatihan HIV, TB, Contra War selama dua hari. Pelatihannya di hotel.”

Beberapa kader sambil tertawa lebar, agak malu-malu, mengutarakannya.

“Kader desa koq pelatihan di hotel?”

“Penyelenggaranya adalah Dinkes Kabupaten Malang.”

Ada salah satu kader yang menerangkan lebih lanjut.

“Di hotel, satu kamar tidur untuk bertiga.”

Kader yang lainnya malah semakin terbahak-bahak.

Selain itu, setiap tiga bulan sekali dilakukan refreshing di Puskesmas untuk Ibu Anak dan kesehatan gigi. Terkadang juga tidak di Puskesmas maupun hotel, pernah juga di warung Zam-Zam. Hal ini tergantung dari penyelenggaranya, kader tinggal datang saja. Kader yang menghadiri training ini berasal dari berbagai desa dalam satu kecamatan. Yang memberikan materi training biasanya adalah dr. Hardi dari Dinkes Kabupaten Malang.

Dr. Sujarwoto kemudian lanjut menanyakan lagi kepada para kader karena masih ingin tahu dan menggali lebih banyak lagi.

“Kalau pelatihan jantung dan kencing manis?”

“Pelatihan kencing manis dan jantung belum pernah”, seloroh seorang kader.

“Kegiatan ibu-ibu selain menjadi kader, apa?”

“Kader pada umumnya ibu rumah tangga. Kalau pun bekerja, biasanya bekerja di rumah. Seperti menjahit atau jualan sembako di rumah.”

“Menurut ibu-ibu, menjumpai warga di sini bagaimana?”

“Waktu luang warga biasanya pada sore hari. Karena kebanyakan warga di sini adalah petani dan buruh”, jelas seorang kader.

“Nanti di tablet yang dipegang ibu-ibu ada videonya untuk melakukan promosi kesehatan terhadap warga. Menurut ibu-ibu, sebaiknya video yang bagaimana?”

Dr. Asri Maharani memperlihatkan tablet milik Praveen yang berisi video kegiatan di India.

Seorang kader lainnya mengajukan usul untuk menjawab pertanyaan Dr. Sujarwoto.

“Sebaiknya videonya dari Dinkes yang ngomong, dan menggunakan bahasa Indonesia.”

“Selain itu, untuk promosi kesehatan sebaiknya bagaimana?” lanjut Dr. Sujarwoto.

“Brosur, pamflet, banner sudah ada. Dulu di PKK dan Dasa Wisma disiarkan “Dompet Sehat”. Demo makanan sehat tapi disisipi jualan panci.”

Jawaban salah seorang kader ini akhirnya mengudang gelak tawa dari kader lainnya.

“Biasanya pola kerja kader di lapangan seperti apa?”

Pimpinan kader berusaha menjelaskan kepada kedua peneliti SMARThealth yang disaksikan oleh Praveen.

“Kader yang dilatih biasanya sama teman-teman di lapangan. Kader biasanya bekerja sama, seperti antar kader, dengan RT, dan sebagainya.”

“Karena sering kita datang, dikira minta sumbangan”, timpal kader yang lainnya.

“Banyak cara pokoknya. Dengan RT, RW maupun tokoh masyarakat.”

“Bagaimana layanan pasien di Posbindu atau Ponkesdes?” lanjut Dr. Sujarwoto.

Dalam pertanyaan ini, kader agak mengalami kesulitan menjawabnya. Sehingga, perawat yang hadir di situ coba membantu menjelaskan kepada peneliti.

“Pasien BPJS tidak gratis untuk pemeriksaan, karena alat-alat kesehatannya mengadakan sendiri. Kalau mau gratis disarankan ke Puskesmas. Kalau obatnya bisa diklaimkan ke Puskesmas. Kalau sore periksa untuk semua pasien, baik umum maupun peserta BPJS, membayar Rp 25.000,- sudah plus obatnya. Setoran ke Puskesmas adalah setoran wajib. Sebulan targetnya untuk perawat adalah 60 pasien, sedangkan bidan adalah 70 pasien.”

Kemudian Praveen menunjukkan animasi yang terdapat di dalam laptopnya, sambil menjelaskannya dengan dibantu translate oleh dr. Asri Maharani.

Setelah itu, sambil menyegarkan pertanyaan-pertanyaan sebelumnya Dr. Sujarwoto berusaha mengajukan pertanyaan lagi kepada kader.

“Ibu-ibu yang hadir di sini memang semuanya kader ya?”

“Ya. Kader semuanya!” jawan kader dengan kompaknya.

“Tadi peran utama kader di Posbindu apa?”

“Mendaftar, tensi, lingkar pinggang dan lingkar pinggul. Kalau di Posyandu atau Posyandu Lansia ada 5 meja. Yang nimbang sendiri, yang penyuluhan sendiri. Dan sering dioplos-oplos agar kader bisa semua.”

Kader yang lainnya menambahkan.

“Seragam untuk kader selalu berganti-ganti. Tiap tahun dikasih seragam dari kantor desa, karena setiap tahu ukuran tubuh kader sudah berubah.”

Jawaban kader ini diiringi suara ketawa bidan Hermin Ningsih yang kebetulan tubuhnya tergolong tambun.

Setelah FGD ini kelar, kedua peneliti Indonesia dan Praveen pun mohon diri untuk melanjutkan langkah untuk berkunjung ke Dinas Kesehatan Kabupaten Malang. *** [250516]


Foto Kegiatan di Ponkesdes Sepanjang

 
Praveen di Ponkesdes Sepanjang

Pak Ilham memeriksa warga

Obat-obatan

Trio peneliti di kegiatan Posbindu

Alat tes gula darah dan kolesterol

Dr. Sujarwoto berdialog dengan bidan

Kades Sepanjang, Praven, dan dr. Asri

Peserta senam lansia

Dr. Sujarwoto & dr. Asri ikut senam

Kepala Desa ikut periksa

Semua perangkat desa juga ikut periksa

Dr. Sujarwoto memberikan arahan

dr. Asri & Praveen turut dalam menjelaskan SMARThealth

FGD dengan kader

Foto bersama


0 Comments: