Pertemuan Dengan Pejabat Struktural Dinkes

Puncak agenda dari rapid health service assessment peneliti SMARThealth adalah mengadakan pertemuan dengan pejabat struktural yang ada di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang. Tujuannya agar supaya dipahami pola layanan kesehatan atau medis di wilayah yang akan menjadi fokus SMARThealth di Kabupaten Malang.
Pertemuan ini digelar di Ruang Pertemuan Kepala Dinkes Kabupaten Malang di Jalan Panji No. 120 Kepanjen, Kabupaten Malang. Dihadiri oleh 12 orang pejabat struktural dari 22 pejabat struktural yang terdapat di lingkungan Dinkes Kabupaten Malang. Pembukaannya dilakukan oleh Sekretaris Dinkes mewakili Kepala Dinkes (Kadinkes) yang sedang tugas luar dan akan menyusul hadir, serta disaksikan oleh Tim SMARThealth.
Setelah itu, Devarsetty Praveen, MBBS, MD, Ph.D, seorang cardiologist dari the George Institute for Global Health, memaparkan mengenai SMARThealth kepada para hadirin yang ada di ruang pertemuan dengan menggunakan proyektor Focus, dan diterjemahkan langsung oleh dr. Asri Maharani, MMRS, Ph.D dari Fakultasw Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB), yang juga menjadi salah satu peneliti utama SMARThealth.
Dalam SMARThealth ini nanti akan ada 4 dokter dan 40 kader. Jadi, 4 kecamatan yang akan diimplementasikan program, yaitu Wagir (1 dokter, 1 perawat, 1 bidan, 7-8 kader untuk Desa Sidorahayu), Pakisaji (1 dokter, 1 perawat, 1 bidan, 7-8 kader untuk Desa Karangduren), Kepanjen (1 dokter, 1 perawat, 1 bidan, 7-8 kader untuk Kelurahan Kepanjen), dan Gondanglegi ( 1 dokter, 1 perawat, 1 bidan, 7-8 kader untuk Desa Sepanjang).
Nantinya dalam satu desa akan dikunjungi semua penduduk yang berusia 40 tahun ke atas. Dari data masing-masing desa/kelurahan itu diperkirakan akan dikunjungi 3.000 sampai 4.000 orang. Dari kunjungan itu, nanti kita akan bisa membedakan mana yang warna hijau, warna kuning, dan mana yang warna merah.
Yang warna hijau, penduduk yang dikunjungi dan diukur kesehatannya mengindikasikan bahwa orang tersebut tidak memiliki risiko terkena penyakit jantung. Warna kuning, berarti orang tersebut sudah harus berhati-hati dalam pola hidupnya karena sudah menandakan ada hasil pengukuran kesehatan yang bila tidak dibarengi pola hidup yang sehat akan mengalami kelak berisiko penyakit jantung. Sedangkan, yang warna merah berarti orang yang kita periksa itu sudah mengalami risiko terkena penyakit jantung sehingga polah hidupnya harus benar-benar terjaga secara kesehatan.
Paparan dari Tim SMARThealth ini akhirnya break dulu karena para hadirin ingin menunaikan sholat Jumat di masjid. Setelah usai sholat Jumat, kembali para hadirin berkumpul di ruang rapat Kepala Dinkes.
Praveen, Ph.D kemudian menayangkan sejumlah foto kegiatan SMARThealth di India. Kegiatan di sana memperlihatkan Systematic Medical Aprraisal, Referral and Treatment Persionalized health care for the management of NCDs in low and middle income countries. Artinya, cocok untuk diterapkan di Kabupaten Malang dalam pengelolaan penyakit tidak menular (PTM) khusunya penyakit jantung di negara berkembang yang mayoritas penduduknya masih berpenghasilan rendah dan menengah.
Setelah paparan yang dikemukan oleh Praveen, Ph.D selesai, kemudian dilakukan tanya jawab terhadap para hadirin yang hadir di alam ruangan itu.
Dari Tim SMARThealth mengajukan pertanyaan kepada pejabat struktural di Dinkes perihal pasien umum. Menurut Tajuddinoor, pasien umum periksa dasar gratis (plus obat). Kalau ada tindakan baru pasien itu membayar. Hal ini berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) yang ada.
Kemudian Nur Khulaillah, S.Si, Apt., dari bagian obat Dinkes, menjelaskan untuk stock obat dalam SMARThealth di 4 kecamatan akan terpenuhi sesuai obat yang ada dalam daftar di Puskesmas. Selain itu, juga dijelaskan bahwa dari jumlah Puskesmas yang ada di Kabupaten Malang, hanya ada 5 apoteker saja.
Setelah itu, gantian para hadirin yang menanyakan kepada Tim SMARThealth. Ada peserta yang menanyakan tindakan lanjutan dari proyek ini.
Dalam SMARThealth ini kita memakai guideline WHO. Nanti yang terlibat dalam proyek ini akan ada intensif karena adanya beban kerja.

Nur Khulaillah, S.Si, Apt., bertanya: “Obat yang tidak ada, bagaimana solusinya?”

“Kalau memang menurut dokter di Puskesmas tidak ada, tidak menjadi masalah?” terang dr. Asri Maharani

Kemudian Tajudinnoor menanyakan: “Apa peran Dinkes dalam proyek ini?”

“Membantu pelaksanaan riset ini, seperti melakukan promosi kesehatan dan sebagainya”, jawab Sujarwoto, Ph.D

Setelah rangkaian pertemuan ini paripurna. Tim SMARThealth mohon diri untuk kembali ke Kampus UB. *** [270516]


Foto Pertemuan Tim SMARThealth dengan Jajaran Struktural Dinkes

 
Pertemuan Tim SMARThealth dengan Dinkes

Pertemuan Tim SMARThealth dengan Dinkes

Pertemuan Tim SMARThealth dengan Dinkes

Pertemuan Tim SMARThealth dengan Dinkes

Pertemuan Tim SMARThealth dengan Dinkes

Pertemuan Tim SMARThealth dengan Dinkes

Pertemuan Tim SMARThealth dengan Dinkes


0 Comments: