Bimbingan Teknis Program PTM dan Kesehatan Jiwa di Puskesmas Pakisaji

Sesuai undangan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang Nomor 440/276/35.07.103/2021 yang ditujukan kepada Kepala UPT Puskesmas Se-Kabupaten Malang, hari ketiga Bimbingan Teknis (Bimtek) Program PTM dan Kesehatan Jiwa (Keswa) ini sedianya diagendakan di Puskesmas Ampelgading, namun atas pertimbangan dari Kepala Seksi (Kasi) PTM dan Keswa jadwalnya digeser untuk mendahulukan Puskesmas yang akan melakukan repilkasi SMARThealth di tahun 2021 ini.

Hari ketiga akhirnya diadakan Bimtek Program PTM dan Keswa di Puskesmas Pakisaji yang beralamatkan di Jalan Raya Pakisaji No. 19 Dusun Jatirejo RT 10 RW 02 Desa Pakisaji, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, pada Kamis (28/01/2021).

Pertemuan yang dipusatkan di Ruang Pertemuan Puskesmas tersebut dimulai pada pukul 09.29 WIB dengan diawali sambutan dari Kepala Puskesmas (Kapus) Pakisaji dr. Nur Syamsu Dhuha. Dalam sambutannya, Kapus mengucapkan selamat datang  kepada rombongan Seksi PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang yang telah berkenan hadir di acara bimtek ini, dan berharap agar bimtek ini berjalan sesuai yang diharapkan.


Peserta Bimtek Program PTM dan Keswa di Puskesmas Pakisaji

“Dimarahi boleh tapi diajari”, pinta Kapus Pakisaji.

Setelah sambutan Kapus, diteruskan dengan sambutan dari Kasi PTM dan Keswa Paulus Gatot Kusharyanto, SKM. Di dalam sambutannya, Paulus memperkenalkan rombongan Seksi PTM dan Keswa yang terlibat dalam bimtek ini. Ada lima orang staf PTM dan Keswa yang hadir ditambah seorang perwakilan SMARThealth Universitas Brawijaya (UB).

Ia juga menjelaskan bahwa tujuan bimtek ini bukan sekadar mengambil data atau copy paste saja, akan tetapi pembinaan tentang pemahaman Standar Pelayanan Minimal (SPM) PTM dan Keswa. Sehingga di tahun 2021 ini, Seksi PTM dan Keswa datang berombongan. Semua staf PTM dan Keswa dioptimalkan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (tenaga kesehatan) pada pelayanan program PTM dan Keswa di Kabupaten Malang.

Menurut Paulus, ada beberapa strategi pencapaian SPM yaitu advokasi dan sosialisasi internal dan eksternal, menguatkan dan mengaktifkan tindakan promotif, preventif, kuratif, dan paliatif, perlu  ada peningkatan SDM, penguatan sistem surveilans terpadu untuk PTM, serta mengembangkan jejaring (networking) dengan swasta dan mengoptimalkan peran kader.


Kasi PTM & Keswa serta Kepala Puskesmas Pakisaji

Selain itu, Paulus juga menerangkan program SMARThealth kepada peserta pertemuan bimtek ini yang dihadiri oleh PP PTM, PP Keswa, PP Lansia, PP UKS dan 12 perawat desa di lingkungan kerja Puskesmas Pakisaji yang berasal dari Pakisaji, Karangpandan, Glanggang, Wonokerso, Sutojayan, Karangduren, Kendalpayak, Genengan, Kebonagung, Wadung, Jatisari, dan Permanu.

Dua desa yang sudah dilatih program SMARThealth, yaitu Karangduren dan Kendalpayak, sudah melaksanakan program SMARThealth. Tahun 2021 ini akan mereplikasi program SMARThealth di 10 desa di lingkungan Puskesmas Pakisaji yang belum melaksanakan SMARThealth dengan cost sharing. Dinkes akan menyiapkan Posbindu Kit untuk desa yang akan menjalankan program SMARThealth tersebut. Setiap desa akan disuplai dengan 5 Posbindu Kit. Hal ini agar supaya meningkatkan skrining usia produktidf dan lansia.

Oleh karena itu, Paulus menghimbau kepada perawat desa agar segera mensosialisasikan dan mengajukan anggaran kepada Pemerintah Desa melalui dana desa melalui musrenbangdes yang akan segera digelar.


Perawat Desa di Lingkungan Puskesmas Pakisaji

Usai Paulus, acara pertemuan dilanjutkan dengan paparan dari staf PTM Nur Ani Sahara, S.Kep.Ns dengan mengambil judul “Bentuk Layanan Standar Pelayanan Minimal (Berdasarkan PMK No. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar SPM)”.

Menurut Nur Ani Sahara, dalam SPM ini pada dasarnya menyasar masyarakat dengan usia produktif dan lansia. Pelayanan skrining faktor risiko pada usia produktif adalah skrining yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan gula darah, dan anamnesa perilaku berisiko. Sedangkan pelayanan skrining faktor risiko pada lansia adalah skrining yang dilakukan minimal 1 kali dalam setahun untuk penyakit menular dan penyakit tidak menular yang meliputi pengukuran tinggi badan, berat badan dan lingkar perut, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan gula darah, pemeriksaan gangguan mental (pemeriksaan Geriatric Depression Scale/GDS), pemeriksaan gangguan kognitif (pemeriksaan Abbreviated Mental Test/AMT), pemeriksaan tingkat kemandirian usia lanjut (pemeriksaan Activity Daily Living/ADL), dan anamnesa perilaku risiko.

Dalam paparannya, Nur Ani Sahara juga membahas Capaian SPM Usia Produktif Tahun 2020, Capaian SPM Diabetes Mellitus Kabupaten Malang Tahun 2020, Capaian SPM Hipertensi Kabupaten Malang Tahun 2020, Capaian Skrining Indera Kabupaten Malang Tahun 2020, Capaian Skrining Gigi dan Mulut Kabupaten Malang Tahun 2020, serta Data Acuan PTM Tahun 2021 Dinkes Kabupaten Malang.


Nur Ani Sahara dengan Materi SPM

Diakui oleh Nur Ani Sahara, di masa pandemi ini memang banyak kendala dijumpai. Namun dengan bimtek ini diharapkan terjadi titik temu untuk pencapaian SPM tersebut.

Pukul 10.28 WIB diadakan praktek penggunan ePuskesmas Skrining Dalam Gedung dan Skrining PTM Luar Gedung. Praktek ini dipandu oleh Candra Hernawan, staf PTM yang membidangi IT melalui laptop yang disorotkan ke layar melalui bantuan proyektor, sedangkan penjelasannya dilakukan oleh Nur Ani Sahara dengan menggunakan microphone.

Dalam prakteknya nanti, Nur Ani Sahara menyarankan kepada perawat, bahwa pasien yang sedang menunggu pemeriksaan di Puskesmas bisa diarahkan ke meja skrining PTM. Oleh karena itu, Puskesmas perlu menyediakan meja skrining PTM di tahun 2021. Ini jika berjalan akan dapat menambah SPM.


Staf PTM mendampingi dalam praktek ePuskesmas

Setelah dirasa cukup untuk materi SPM, acara berikutnya dilanjutkan dengan paparan dari staf Keswa Gatot Sujono, S.St., M.Pd. Dalam paparannya, Gatot menerangkan pelayanan kesehatan ODGJ berat sesuai SPM tahun 2020, penilaian kerja puskesmas Keswa tahun 2020, dan kohort Keswa tahun 2020. Berangkat dari materi itu, kita bisa melakukan penilaian dan sekaligus evaluasi.

Menurut Gatot, laporan Keswa Pakisaji tergolong sudah bagus. Kendati ada pengobatan yang kosong, namun setelah mendapat keterangan dari PP Keswa Puskesmas Pakisaji bisa dimengerti alasannya kosong, seperti pasiennya menghilang atau keluarga tidak setuju dengan pemberian obat yang ada efek sampingnya.

Banyak yang dibahas mengenai Keswa di Puskesmas Pakisaji seiring dengan adanya sejumlah pertanyaan dari peserta pertemuan bimtek ini. Mulai dari penanganan pasien ODGJ yang tak memiliki KTP maupun ODGJ yang terlantar hingga perlunya mengaktifkan Posyandu Jiwa di desa. Kunjungan-kunjungan ini nantinya akan masuk SPM dan PKP.


Perawat Desa sedang mempraktekkan ePuskesmas Skrining Luar Gedung

Selain itu, Gatot juga mengingatkan kepada peserta pertemuan bimtek bahwa perawat yang membawa obat ODGJ sebaiknya dibekali surat dari bagian farmasi atau Puskesmas. Hal ini agar supaya tidak menimbulkan permasalahan ketika sedang melakukan kunjungan pemeriksaan pasien. Legalitas obat yang dibawa perawat diperlukan untuk menghindari ‘tuduhan’ penggunaan obat psikotropika.

Menginjak pukul 11.38 WIB, acara kemudian diisi dengan closing statement dari Kasi PTM dan Keswa. Paulus mengingatkan pentingnya capaian SPM bagi Puskesmas. Sekarang di PTM dan Keswa, indikatornya banyak yang memerlukan skrining.

Harapan Paulus dalam bimtek selama 3 jam ini, semoga menjadi pedoman untuk SPM. Tak lupa pula, Paulus mengingatkan bahwa Desa Karangduren dan Kendalpayak untuk tahun 2021 ini diharapkan melatih 10 desa lainnya di dalam lingkungan Puskesmas Pakisaji untuk mereplikasi SMARThealth. *** [280121]


Penulis : Budiarto Eko Kusumo   ǀ  Penyunting Naskah : Budiarto Eko Kusumo

 


0 Comments: