Uji Coba Kader Online Survey di Kepanjen

Hari ini, Kamis (24/09/2020) dilakukan uji coba Kader Online Survey di Sekretariat SMARThealth dari pukul 16.28 WIB hingga pukul 17.28 WIB. Dalam uji coba, dihadirkan 5 kader SMARThealth yang ada di Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Kelima kader tersebut mewakili dari 5 RW yang ada di Kelurahan Kepanjen.

Kader Online Survey merupakan survei online di mana yang menjadi respondennya adalah para kader kesehatan. Survei online merupakan metode penelitian di mana kader menjawab kuesioner melalui situs web. Survei online ini dibuat dalam bentuk form di situs web.

Uji Coba Kader Online Survey di Sekretariat SMARThealth

Dalam Kader Online Survey ini terdapat 47 pertanyaan yang terbagi ke dalam 6 item. Item Data Diri memiliki 9 pertanyaan, Kesediaan Kader ada 7 pertanyaan, Pengetahuan dan Kompetensi mempunyai 5 pertanyaan, Sumber Informasi terdapat 9 pertanyaan, Informasi Pribadi terdiri atas 5 pertanyaan, dan Modal Sosial memiliki 12 pertanyaan. Jika ditotal semua pertanyaan yang ada di 6 item itu berjumlah 47 pertanyaan.

Tujuan uji coba Kader Online Survey ini adalah menguji instrumen pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam kuesioner sebelum dipakai atau dilaksanakan di lapangan. Apakah pertanyaan-pertanyaannya membingungkan, sulit atau terlalu panjang, dan lain-lain.

Tampak hadir dalam uji coba tersebut adalah Agustin Shintowati (RW 01), Kristin Mariana (RW 02), Sumarmi Warto Dewo (RW 03), Rusmini (RW 04), dan Harti (RW 05). Mereka tampak serius dalam mengerjakan kuesioner tersebut di Ruang Pertemuan Sekretariat SMARThealth. Kelima kader itu disediakan kertas oleh fasilitator SMARThealth untuk menuliskan setiap permasalahan yang ada di pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tujuannya agar supaya kader segera mencatat segala permasalahan itu supaya tidak lupa.

Dari catatan yang ada di lembar tulisan kader tersebut, diketahui bahwa pada umumnya pertanyaan tidaklah terlalu sulit, perlu kehati-hatian dalam pemahaman. Yang membingungkan kader adalah kuesionernya tidak diberi nomor urut. Jadi kalau mau tanya perihal maksud dari pertanyaan, harus menuliskan pertanyaannya yang cukup panjang.

Selain itu, menurut kader, sebaiknya yang menggunakan bahasa Inggris diganti bahasa Indonesia saja seperti Next Page, Previous Page, dan Submit. Kebetulan mengisinya di Sekretariat, bisa tanya. Kalau mengisi sendiri, bingung mengartikannya. Kemudian juga, pada item Data Diri di pertanyaan urutan ke-6: “Sudah berapa lama Anda menjadi kader?” 

Kader mempertanyakan pertanyaan itu. Kader Posyandu kah? Kader SMARThealth kah? Atau kader lainnya? Alangkah baiknya disebutkan saja, misalnya kader kesehatan. Hal ini bisa dimengerti karena di lapangan, jabatan kader itu terkadang bisa lebih dari satu. Misalnya, selain sebagai kader Posyandu, juga terkadang merangkap menjadi kader PLKB.

Pertanyaan pada item Pengetahuan dan Kompetensi yang berbunyi: “Apakah Anda merasa memerlukan pelatihan tambahan untuk meningkatkan peran Anda dalam edukasi masyarakat dan upaya pencegahan COVID-19 di desa/kelurahan ini?” terdengar “aneh”. Menurut salah seorang kader, pengalaman mengisi kuesioner yang pernah dijalaninya menunjukkan bahwa setiap pertanyaan yang menggunakan awalan dengan “Apakah”, umumnya pilihan jawabannya “Ya” atau “Tidak”. *** [240920]


Penulis : Budiarto Eko Kusumo   ǀ   Penyunting Naskah : Budiarto Eko Kusumo



0 Comments: